SELAMA PANDEMI NILAI SEKOLAH MEMBUNUH KREATIVITAS INDIVIDU


SELAMA PANDEMI NILAI SEKOLAH MEMBUNUH KREATIVITAS INDIVIDU

(Oleh Kathrin Shakira)


Pandemi berlangsung pada tahun 2020 yang merupakan awal dari semuanya terjadi, dimana masyarakat dunia digemparkan oleh munculnya sebuah virus yang sangat mematikan yang ditemukan pertama kali di Wuhan, China. Covid-19 berlangsung begitu kuat di Indonesia sendiri yang merupakan termasuk golongan terbesar di dunia. Pencegahan yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi Covid-19 ini dengan adanya dilakukan PSBB(Pembatasan Sosial Berskala Besar) ataupun Lockdown di berbagai daerah Indonesia. Pandemi ini dapat berdampak bagi berbagai sektor contohnya adalah sektor pendidikan. Sebuah pembelajaran daring menimbulkan efek yang positif maupun negatif serta tidak maksimalnya sebuah nilai yang diperoleh di sekolah membunuh kreativitas individu. Pada realita saat ini pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, kurikulum pembelajaran jarak jauh yang menurut saya sangat tidak efektif untuk siswa di daerah-daerah tertentu yang terhambat oleh keterbatasan ekonomi. Kondisi pembelajaran di rumah seperti ini pasti menimbulkan masalah baru. Adanya sebuah keterbatasan dalam kreativitas serta adanya standar sekolah untuk kelulusan yang begitu memusingkan. Sebatas nilai yang tinggi juga tidak menjamin kesuksesan kali, kreativitas seharusnya diutamakan dalam dunia pendidikan saat ini. Krisis mental pada pandemi ini sangat terasa, dimana individu sudah jenuh dan tidak adanya refresh kembali selama seminggu penuh mengejar ‘nilai kelulusan’.



Pandemi dapat berdampak pada sektor pendidikan yang masih saja kita rasakan saat ini, dimana pendidikan berlangsung dengan mewajibkan peserta didik melakukan pembelajaran secara daring. Dalam pembelajaran daring seperti ini menimbulkan efek yang ekstrem menurut saya. tuntutan dalam pembelajaran sangat banyak, tugas menumpuk serta tidak adanya ruang terbuka untuk berkeluh kesah dalam sebuah pendidikan. Pendidikan yang seharusnya menjadi tempat kita untuk bebas berekspresi dalam berbagai macam bakat yang kita punya, malah tidak ditingkatkan oleh sebuah kata ‘pendidikan’. Sistem pendidikan memegang kunci yang sangat penting bagi tatanan sosial dalam masyarakat, yang seharusnya dapat membantu lebih mendalam dalam membangun karakter murid. Peran yang ada dalam sekolah tidak hanya transfer pengetahuan serta hanya sekedar ‘nilai’ semata kepada murid yang menimbulkan banyak dampak negatif bagi kehidupan, tetapi peran sekolah cukup luas yaitu menginternalisasikan sampai kepada sebuah kepribadian murid yang dapat menghasilkan orang yang terdidik. Orang terdidik yang tidak hanya punya kepintaran saja tetapi perilaku yang dapat sesuai oleh lingkungan kehidupan sosial yang memenuhi harapan. Nilai sekolah merupakan sebuah hal penting dalam sebuah kelulusan untuk ke jenjang selanjutnya. Padahal yang kita tahu bahwa nilai tersebut tidak dapat mencerminkan bahwa orang itu bakal sukses atau bisa terpandang oleh orang lain. Menurut saya pun, sebuah nilai tidak membuat kemajuan yang signifikan yang dapat dirasakan oleh seseorang, dan hanya sesaat saja setelah mendapatkan nilai yang ditimbulkan apa? Senang, sedih, atau malah ah elah malah Cuma segitu doang nih dapetnya. Bukan, bukan seperti itu dalam menanggapi nilai yang disekolah kita dapatkan. Sebuah nilai memang merupakan sebuah rekor penting dalam pendidikan, tetapi kita harus tahu bahwa sebuah pendidikan tidak melulu soal nilai. Pendidikan dapat berjalan ketika semua instrumen dapat diaplikasikan dengan baik.

Dalam sebuah pendidikan mempunyai berbagai macam kurikulum seperti halnya kurikulum formal dan kurikulum informal. Adanya sebuah kurikulum ini membuat batasan antara hal akademik serta kreativitas individu. Kurikulum saling berkaitan dengan sebuah nilai yang tersembunyi yang dapat membuat karakteristik individu terbatas. Peraturan demi peraturan dalam sekolah selama masa pandemi membuat murid tidak menjadi leluasa untuk berkomunikasi dengan pihak guru yang berkaitan. Ini hal yang sangat serius jika dikaitkan dengan pendidikan karakter. Dimana individu seharusnya dididik untuk menjadi seseorang yang mempunyai kecakapan dan tanggung jawab serta adanya sebuah komitmen yang diperlukan untuk bekal sukses menghadapi masa depan. Nilai dapat membunuh kreativitas ini menjadi sangat kompleks ketika kita menjalani pendidikan dengan sama rata tidak ada perbedaan kualitas pembelajaran. Adanya mata pelajaran yang sama serta pola struktur pembelajaran yang sedemikian rupa sama serta nilai yang dapat diperoleh tidak jujur membuat suatu pelajaran yang masuk akal ketika seseorang bilang ‘Nilai tidak menentukan kesuksesan masa depan, nilai hanya sebuah angka yang jika kita tidak bergerak di dunia lain selain sekolah maka kita akan tertinggal dalam kesuksesan’. That's simple. Nilai tolak ukur yang menghasilkan karakteristik individu rendah ini dapat menghilangkan kepercayaan diri dalam sosial human. Dimana masyarakat dapat menjadi tempat untuk menghilangkan kepercayaan diri seorang murid ketika mendapatkan nilai rendah. Pendidikan formal tidak mengajarkan kita caranya untuk bersosialisasi dalam lingkungan sekitar,menari, menyanyi dan kebutuhan otak kanan kita tidak terpenuhi dalam dunia pendidikan. Adanya batasan ini itu tidak boleh di sekolah, membuat individu mundur dalam hal kreativitas. Apalagi jika pandemi seperti ini, tenaga kerja guru hanya memberikan sebuah materi-tugas-ujian-hasil. Ia tidak memberikan waktu untuk bisa memberikan nasehat kepada muridnya karena terbatasnya peraturan. Dimana biasanya kita dapat memperoleh hal kreativitas kita dengan mengikuti ekstrakulikuler setelah sekolah dan mempunyai waktu untuk berorganisasi, tetapi saat ini terbatas melakukan hal saat daring seperti ini, adanya batasan aplikasi zoom serta kuota yang tidak mencukupi ketika membahas serta bersosialisasi setelah melaksanakan tugas yang begitu banyak dan materi yang tidak begitu mengerti dalam pembelajaran daring seperti ini.



Pada saat pandemi Covid-19 seharusnya pihak sekolah dapat menjadi wadah untuk bersosialisasi dan menukarkan ide-ide menarik tanpa memberikan tugas yang banyak yang dapat membunuh kreativitas. Nilai Pelajaran yang kita dapatkan di sekolah tidak menjamin sebuah kesuksesan masa depan, malah bahwa pendidikan di sekolah selama masa pandemi membuat kesehatan mental terganggu. Pentingnya menjaga kesehatan mental, merupakan sebuah hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu untuk pihak sekolah dan keluarga yang bersangkutan di rumah. Jahatnya sebuah pendidikan di Indonesia ini bisa membuat siswanya tidak bisa membedakan dirinya ini berbeda dari orang lain. Hal ini yang merupakan poin utama, bahwa peran utama sangat dibutuhkan dalam mendidik di rumah. Jika dalam sekolah daring seperti ini terdapat kekurangan dan batasan-batasan tertentu, maka orang tua yang memberikan pendidikan kreativitas dan pembangunan karakter agar kesehatan mentalnya terjaga selama pandemi seperti ini. Pernyataan menurut Durkheim dalam pendidikan yaitu pendidikan dipandang dalam suatu ‘social thing’ kemunculan bukan hanya sebagai bentuk yang bermacam-macam tetapi mengikuti banyaknya perbedaan dalam masyarakat artinya masyarakat ini secara keseluruhan merupakan sumber penentu cita-cita yang dapat dilaksanakan dalam lembaga pendidikan. Suatu masyarakat dapat bertahan hidup ketika suatu tingkat homogenitas yang memadai di kalangan para warganya, keseragaman yang dituntut secara  esensial merupakan upaya diperketatnya dunia pendidikan. Pendidikan memerlukan bantuan masyarakat sekitar serta bantuan tenaga ahli yang kompeten seperti halnya sosiologi pendidikan yang sangat berpengaruh pada sistem pendidikan.



  ADA PESAN DARI OM DEDDY CORBUZIER NIH GUYS:)

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONFLIK SEKTARIAN MALUKU AMBON MENGGUNAKAN TEORI ANALISIS KONFLIK WEHR DAN BARTOS SERTA POHON MASALAH SEBAGAI ALAT REKONSILIASI KONFLIK

MENDOAKAN ORANG YANG MENGECEWAKAN KITA

PERBUDAKAN, GAJI KECIL ABK DAN JAM KERJA TAK MANUSIAWI. MASIH ADAKAH MANUSIA YANG MEMANUSIAKAN MANUSIA DALAM PEKERJAAN?